Thursday, July 24, 2014

Warung Nasi Bebek Tugu Pahlawan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhy9N8-4x1J5jRG73h0Mtei5RSxlEenJrtoN3m4xnEv9qqJbKgWZfcGD9tnpcc8Fan-4os1_5gPTJQgJ60rBjPXTdrQ2mLc3EZx1TqwKJKbjk-JitgKVLU_nViMN_Ppv1D7_7k8-kknsl8/s640/PicsArt_1404988394874.jpg

Bebek goreng memang sudah jadi hidangan favorit warga Surabaya, termasuk saya, :D. Nikmatnya rasa bumbu khas bebek goreng yang meresap di dagingnya yang gurih-gurih sedap, seakan telah membuat mata dan telinga penggemar hidangan ini tertutup akan bahaya kolesterol yang akan selalu membayangi, terutama yang mengkonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering.


Bebek goreng Surabaya, terutama yang berupa warung kaki lima, banyak dipengaruhi oleh resep atau turunan resep dari bebek goreng Madura, mengingat sebagian besar pedagangnya sendiri juga berasal dari sana. Tak terkecuali dengan warung Nasi Bebek Tugu Pahlawan.

Ya, warung bebek goreng kaki lima yang berada tepat di depan monumen Tugu Pahlawan, terletak di sisi kiri jalan arah ke Pasar Turi, cita rasa bebek goreng disini memang sedikit mengingatkan saya dengan resep bebek yang ada di Madura sana.

Warung ini buka menjelang Maghrib dari pukul 17.30 hingga habis, pembeli di warung ini juga tidak pernah sepi. Jadi kalau tidak mau kehabisan, lebih baik datang awal, dan segera mengantri. Karena tidak ada mekanisme antrian khusus, jadi siapa yang dekat (dengan penjual) dia yang dapat, hehehe.

Sebenarnya istri sudah cukup lama ingin mencoba menu di warung ini, tapi baru terwujud beberapa waktu yang lalu, saat awal puasa. Dulu, kita pernah mencoba melipir ke warung ini, tetapi begitu melihat ramainya suasana pembeli saat itu, jadi kita urungkan niat. Mengenai lokasi, memang warung ini menempati halaman ruko, dengan tampilan dan perlengkapan yang boleh dibilang cukup minimalis. Bagi saya sendiri, lebih prefer untuk take away saja, selain karena tidak bisa makan dengan tenang (dilihatin dan ditungguin orang yang sudah pegang piring, tapi belum dapat tempat duduk), karena alasan kenyamanan juga, :D.

Bebek Goreng Tugu Pahlawan - Rp 14.000,-

Soal rasa, bebek disini boleh dibilang cukup enak. Bumbu terasa begitu meresap, bukan cuma di polesan luarnya saja. Ditambah taburan serundeng berbumbu, yang bisa menambah rasa ketika dicampur dengan nasi saat akan disantap, hmmm, yummy. Memang, aliran bebek goreng disini menganut aliran Madura yang ada tambahan kremes atau serundeng, beda dengan yang sering dijumpai di Surabaya, yang menambahkan bumbu kuning sebagai saus tambahan.

Satu lagi kekuatan dari menu bebek disini adalah sambalnya, pedas euy. Memang makan bebek/ayam goreng tidak akan nendang kalau tidak diikuti sambal yang nendang pula, tidak perlu pedas sebenarnya, tapi yang penting komposisi racikan bumbunya enak terasa. Mengenai cita rasa sambal disini, mengingatkan saya dengan sambal yang ada di warung nasi bebek Sinjay, atau nasi campur ala Madura yang bernama Nasi Serpang. Mirip sekali.

Diantara kelebihan yang ada, ada sedikit kekurangan yang saya rasakan. Bumbu-bumbu untuk bebek dan sambalnya memang terasa, tapi agak sedikit salty untuk lidah asli Surabaya saya, bahkan untuk orang rumah sudah men-judge, keasinan. Hmm, lagi-lagi mirip dengan cita rasa yang saya kenali di warung nasi bebek Sinjay, rada asin memang.

Untuk harga, satu potong bebek goreng bagian dada/paha reguler plus nasi dipatok dengan harga Rp 14.000, untuk ukuran super plus nasi dipatok dengan harga Rp 17.000, dan ada juga untuk yang versi protolan (remukan), harga lebih murah lagi. Karena yg pesan adalah istri, jadi tidak sempat di foto-foto.

Untuk pecinta kuliner bebek goreng di Surabaya, warung ini bisa jadi tambahan destinasi petualangan kuliner Anda.



Semua ulasan adalah pendapat pribadi semata, jadi selalu ada alasan untuk mencoba, :D. 

No comments:

Post a Comment